Tampilkan postingan dengan label shodaqoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label shodaqoh. Tampilkan semua postingan

Kamis, November 13, 2008

100 Hal Kebaikan...

100 hal kebaikan (saya copy-paste dari suatu milis) ini perlu saya posting di website saya, baik yang di UGM maupun di Blogspot...

  1. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
  2. Sabar apabila mendapat kesulitan;
  3. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
  4. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
  5. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
  6. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
  7. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
  8. Jangan usil dengan kekayaan orang;
  9. Jangan hasud dan iri atas kesuksesan orang;
  10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksesan;
  11. Jangan tamak / pelit kepada harta;
  12. Jangan terlalu ambisius akan sesuatu kedudukan;
  13. Jangan hancur karena kezaliman;
  14. Jangan goyah karena fitnah;
  15. Jangan bekeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri;
  16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
  17. Jangan sakiti perasaan ayah dan ibu;
  18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
  19. Jangan sakiti anak yatim;
  20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
  21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
  22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
  23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
  24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah dan di masjid;
  25. Biasakan shalat malam;
  26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
  27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
  28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
  29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
  30. Jangan marah berlebih-lebihan;
  31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
  32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
  33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
  34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
  35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syetan;
  36. Jangan percaya ramalan manusia;
  37. Jangan terlampau takut miskin;
  38. Hormatilah setiap orang;
  39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
  40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
  41. Bersihkan harta dari hak-hak orang lain;
  42. Berlakulah adil dalam segala urusan;
  43. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
  44. Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
  45. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
  46. Perbanyaklah & menyambung silaturahmi;
  47. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
  48. Bicaralah secukupnya, jangan berbicara dengan berteriak;
  49. Beristri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
  50. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
  51. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
  52. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
  53. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
  54. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
  55. Hormatilah guru dan ulama;
  56. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
  57. Cintailah keluarga Nabi Muhammad SAW;
  58. Jangan terlalu banyak hutang ataupun royal;
  59. Jangan terlampau mudah berjanji;
  60. Selalu ingat akan saat kematian dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
  61. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
  62. Bergaullah dengan orang-orang shaleh;
  63. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
  64. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
  65. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
  66. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi, balaslah dengan kebaikan;
  67. Jangan membenci seseorang karena paham dan pendirian ataupun beda pendapat;
  68. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
  69. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuai pilihan;
  70. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan;
  71. Jangan melukai hati orang lain;
  72. Jangan membiasakan berkata dusta;
  73. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
  74. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
  75. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
  76. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
  77. Jangan membuka aib orang lain ataupun berburuk sangka;
  78. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
  79. Ambillah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
  80. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
  81. Jangan minder karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
  82. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara;
  83. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
  84. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
  85. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
  86. Hargai prestasi dan pemberian orang;
  87. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
  88. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan;
  89. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
  90. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisik atau mental kita menjadi terganggu;
  91. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
  92. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
  93. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu, dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
  94. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita, sebelum dicek kebenarannya;
  95. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
  96. Sambutlah uluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
  97. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang di luar kemampuan diri;
  98. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tantangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
  99. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
  100. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang.

Ya Alloh berikanlah kekuatan kepada kami agar bisa melakukan 100 (bahkan lebih) kebaikan-kebaikan ini, amin...

Jumat, Oktober 31, 2008

Belajar dari Sumirah...

Menjadi tukang pijat belumlah cukup. Sumirah nyambi jadi tukang sol sepatu, penjahit, dan pekerja pabrik. Sebagian hasil keringatnya itu ia gunakan untuk membangun madrasah, masjid, musala, dan mengurus anak yatim.

Ternyata, beramal tidak harus menunggu kaya. Penolakan halus langsung diucapkan Sumirah, pimpinan Panti Asuhan Yatim Piatu Amanah, Rungkut, Surabaya saat akan diwawancarai Surya untuk tulisan ini.

"Saya ini apalah mbak, kok pakai diwawancarai. Masih banyak yang lebih bagus, lebih pintar dan lebih hebat", elaknya saat ditemui di Panti Asuhan Amanah sekaligus rumahnya di Jalan Pandugo Gg II Nomor 30 B, Rungkut, Senin (15/9) lalu.

Secara materi, Sumirah memang belum bisa dibandingkan dengan pengusaha sukses. Namun kekayaan hati Sumirah mungkin hanya dimiliki segelintir orang di abad ini.

Perempuan kelahiran 3 April 1965 ini tak cukup mengelola panti asuhan. Ia mendirikan madrasah, masjid, dan musala di kampungnya, Pacitan. Mungkin juga sulit dipercaya, Sumirah menghidupi anak-anak yatim dengan menjadi tukang pijat panggilan.

Rasa empati Sumirah sudah terpupuk sejak kecil. Ia terbiasa bergaul dengan anak-anak yatim asuhan almarhum Atmorejo, ayahnya. Saat itu ada 100 anak yatim dan anak-anak lain yang berlatih ilmu kanuragan (kebatinan) di rumah. Mereka semua? tinggal di rumah,; ata ibu lima anak ini.

Secara materi Sumirah kecil tercukupi, namun didikan ayahnya tidak membuatnya manja. Bahkan, sejak kelas II SD dia sudah menjadi tukang pijat alternatif, warisan keahlian turun temurun. Duitnya 'ditabung' di musala di Desa Kembang, Kecamatan Pacitan.

Saat itu saya masih ingat nasihat ayah. "Kalau kamu punya rezeki, 50 persen untuk kamu dan 50 persen lagi untuk musala. Pasti rezeki itu akan barokah", kenangnya. Pesan almarhum ayahnya terus diingat Sumirah. Setiap rupiah dihasilkan, selalu disisihkan untuk musala. Begitu pula ketika orderan memijat merambah hingga Madiun, bahkan Semarang .

Saat SMP, Sumirah dan kakaknya hijrah ke Jakarta . Di kota megapolitan ini Sumirah tidak tertarik mencicip pekerjaan lain. Ndilalah, kemampuan memijatnya tersohor hingga ke Jawa Barat. Pada 1986, Sumirah dan suami mencari peruntungan di Surabaya . Di kota ini, selain tetap memijat, ia bekerja di pabrik PT Horison Sintex (sekarang Lotus). Ia hanya masuk pabrik hari Selasa, Rabu, dan Kamis.

Namun dua profesi itu belum cukup. Merasa waktunya masih senggang, Sumirah mencari pekerjaan sampingan. Ia menjadi tukang sol sepatu, menjahit baju, dan tukang keriting rambut.

"Karena pekerjaan banyak, rata-rata saya hanya tidur dua jam sehari. Mijat saja sehari hingga 20 kali", akunya sambil tersenyum.

Kerja keras itu impas dengan hasilnya. Sehari, tidak kurang ia mengantongi Rp 2 juta. Namun limpahan uang itu tidak membuatnya mabuk. Uang itu dialirkan untuk membangun madrasah, musala-musala, dan masjid di desanya. Sumirah enggan menyebut nama-nama musala itu. nanti saya ndak di-ridhoi kalau pamer, tukasnya.

Suatu ketika, Sumirah pulang kampung. Jalan di desanya tidak bisa dilewati karena rusak berat. Prihatin, ia dan suaminya mem-paving seluruh jalan itu. Walhasil, rencana naik haji seketika batal karena simpanan Rp 60 juta habis untuk ongkos paving.

"Saya tidak pernah menyimpan uang di bank. Bukan apa-apa, tapi karena tanda tangan saya tidak pernah sama. Itu tentu tidak boleh kan ?," katanya.

Hidup Sumirah teruji saat dia melihat banyak anak telantar di sekitar kampungnya. Dia nekat menampung 54 anak yatim itu di rumahnya yang berukuran? 2,5 meter x 13 meter. "Sebagian dari mereka saya kos-kan di depan rumah. Saya sewa tiga kamar", katanya.

Masalah datang ketika anak asuhnya ndableg dengan menghabiskan air dan sabun milik ibu kos. Sekitar pukul 21.00 WIB, anak-anak itu diusir. "Mereka saya tampung di rumah saya. Jadi, mereka tidur sambil duduk", kata Sumirah.

Esoknya, Sumirah mencari kontrakan untuk mereka. Tawaran kontrakan Rp 4 juta ditolak karena Sumirah tak punya duit. Di tengah kesulitan, ia berdoa. Mendadak ada semacam dorongan untuk menghubungi Pak Triyono, dermawan dari Barata Jaya. Sumirah kaget, Pak Triyono memberinya zakat maal (zakat kekayaan) sejumlah Rp 4 juta. "Agar tidak mengganggu penduduk kampung, pagi-pagi sekali kami pindahan", katanya.

Panti Asuhan Amanah, kini menampung 60 anak yatim, dibangun Sumirah tahun 1996. Mereka kanak-kanak hingga remaja. Belum lama ini Sumirah mengasuh balita yang ditinggal mati bapaknya. Amelia, balita itu, sekarang berumur sembilan bulan.

"Oh ya, Saya sudah menikahkan 13 anak sini, 16 Oktober 2008 nanti saya mantu lagi", ujarnya dengan mata berbinar.

Untuk mencukupi hidup anak asuhnya, Sumirah tidak mengandalkan bantuan donatur yang sebagian adalah pelanggan pijatnya. Selepas subuh, anak yatim itu berdagang kelapa kupas, sayuran, dan bumbu. Sumirah dan suami juga membuka toko kelontong.

Mengakhiri kisahnya, Sumirah sempat bilang,

Pergunakanlah mata hati. Banyak orang pintar yang belum tentu mengerti.


Sumber: Surya Online