Rabu, Desember 30, 2009

Telah terbit! Buku Pasti Ada Hikmahnya...!


Buku ini mengungkap renungan-renungan perjalanan hidup seorang dosen Elektronika & Instrumentasi (ELINS), Agfianto Eko Putra, yang banyak di-share kepada kolega maupun mahasiswa2-nya, sehingga banyak di antara mereka mulai memandang kehidupan ini menjadi lebih optimis dan bersemangat, serta memiliki tujuan-tujuan yang mulia, Insya Allah Anda-pun juga bisa mengalaminya..

Dalam buku ini, Anda akan…

  • Mengetahui apa dan bagaimana menangani Virus Kebiasaan
  • Menemukan jawaban Mengapa Hasil Seminar Motivasi tidak bertahan lama…
  • Memahami tentang EEG atau Gelombang otak…
  • Mengetahui bahaya dari sikap “ntar dulu ach…”
  • Menyadari bahwa Kegagalan adalah…
  • Bagaimana sebuah Laptop yang error bisa memberikan pelajaran bagi pemiliknya…
  • Mewaspadai pikiran-pikiran kotor…
  • Bagaimana dompet yang (nyaris) hilang juga bisa memberikan pelajaran atau hikmah…
  • Mengenal secara sekilas kekuatan D.U.I.T - Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakal…
  • Mengetahui rahasia besar dalam film Kun Fayakun…
  • dan masih banyak lagi lainnya…

Total lebih dari 40 kisah/artikel ditambah dengan 10 artikel BONUS!

Silahkan unduh sampelnya di sini, dan dapatkan buku GRATIS untuk 10 pemenang yang mengirimkan testimonial ke agfi68@gmail.com paling lambat 15 Januari 2010 jam 23.00 WIB. Pemenang akan dipilih secara acak dan akan dihubungi lewat email/SMS.

Kamis, Mei 28, 2009

Sepuluh Kriteria Aliran Sesat

  • Mengingkari rukun iman dan rukun Islam
  • Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
  • Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
  • Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
  • Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
  • Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
  • Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
  • Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
  • Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
  • Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Sumber: MUI

Sabtu, Mei 02, 2009

“Mazhab” Walt Disney pada Umat Islam

Umat Islam, kini sudah tidak lagi mampu membedakan kehidupan yang nyata dan simulasi. Kita sudah menjadi pengikut “Mazhab Walt Disney”

Oleh: Ja’far Karim *

Ada film dokumenter dari Amerika tentang sekelompok orang yang menangani masalah budaya konsumtif. Film “What Would Jesus Buy?” (Apa Yang Akan Dibeli Oleh Yesus?). Cerita berpusat pada perjalanan seorang yang berperan sebagai pendeta fiktif dari “Gereja Berhenti Berbelanja”. Bersama istrinya dan kor sukarelawan, mereka berkeliling Amerika, menyerukan masyarakat agar tidak mengumbar belanja dan tidak terjerat hutang melalui kartu-kartu kredit.

Terkadang aksi mereka di pusat-pusat perbelajanaan selama “musim belanja” menjelang hari Natal, berakhir ketika “Pendeta Billy” ditahan oleh polisi. Masyarakat Amerika beruntung memiliki orang seperti ini, tetapi siapa yang maju untuk mengingatkan komunitas Muslim tentang bahaya konsumerisme seperti itu?

***

Seputuh tahun ini, budaya baca di kalangan Muslim meningkat tajam. Jutaan buku dan ribuan toko, merupakan indikasi peningkatan budaya membaca di Indonesia. Melihat peluang pasar yang meningkat, para penerbit membanjiri pasar dengan judul-judul buku yang baru. Ada yang bersifat menghibur, ada yang mengekor kepada pemahaman yang diambil dari non-Muslim, bahkan ada buku Islam yang isinya penghujatan langsung terhadap Islam.

Buku cerita pendek dan fiksi dengan cap seolah-olah “islami” berjibun banyaknya. Karena ingin dianggap “islami”, para penerbit memaksakan buku yang sesungguhnya lebih layak disebut budaya pop ketimbang Islam itu sendiri.

“Hadis for Teenagers”, “Semakin Gaul Dengan Hadis” atau “Tahzan for Broken Hearted Muslimah” adalah judul-judul yang sering disebut lebih gaul.

Namun yang jelas, buku-buku yang meminta disebut “islami” dan sebagai sumber hiburan merupakan makhluk yang baru.

Mengekor?

Dulu, sebelum gerakan ghawazul-fikri ditinggalkan untuk mengejar kebahagiaan materialistis, banyak Muslim masih curiga dan menolak karya-karya para “orientalis”. Sekarang mereka sudah mulai belajar sejarah dan prinsip-prinsip agama Islam dari mereka. Buku-buku para orientalis yang “ramah terhadap Islam” mulai memenuhi rak-rak buku, seperti karya Karen Armstrong, yang menulis tentang “Sejarah Islam Singkat”.

Kalau karya-karya para akademisi non-Muslim masih terasa berat, masih ada konsep-konsep yang lebih mudah dicerna yang ditawarkan oleh para ahli membual dari Barat, seperti film dan buku yang tenar, yaitu “The Secret”. Sebagian besar penggemarnya menerima ide sentralnya secara tidak kritis, menutup mata terhadap hal yang bisa bentrok dengan pemahaman agama. Ada beberapa Muslim sudah menulis buku yang didasarkan “Law of Attraction”, atau hukum tarik-menarik, yang menjadi konsep utama dari “The Secret”. Tidak banyak yang tahu bahwa film sukses ini adalah produksi yang dimotori oleh Esther Hicks, seorang perempuan yang mengklaim kesurupan sekelompok entitas yang menamakan dirinya sebagai “Ibrahim”.

Ada buku “Al-Qur’an, The Ultimate Secret” karya Astrid Darmawan, yang “hijrah” dari foto model ke sufisme. Juga ada “Qur’anic Law of Attraction: Meraih Harapan Dengan Energi Ilahi” oleh Rusdin Rauf. Sampul kedua buku ini dimiripkan dengan sampul dan bentuk khas dari buku laris “The Secret”. Sementara belum menemukan tanggapan yang tuntas dari segi Islam, sudah ada karya yang kritis dari pandangan Kristen, yaitu buku “There is More to the Secret”. Kesimpulannya, hukum alam yang dipaparkan dalam “The Secret” digunakan untuk mengejar tujuan hedonis dan untuk “memajukan budaya konsumerisme”.

Belum sempat membahas “The Secret”, muncul buku-buku bertema Quantum. Setidaknya, sampai hari ini, sudah terhitung ada 15 judul buku bertajuk Quantum. Ada Quantum Teaching, Quantum Doa, Quantum Ikhlas, Quantum Shalat, dll.

Entah apa para penerbit atau penulis menganggap bahwa “quantum” berarti “cepat”, tetapi upaya mereka sesungguhnya serba salah. “Quantum” sebenarnya hanya suatu ukuran (seperti “sejumlah” atau “sebidang”), dan konsep-konsep Islam seperti di atas bukan sesuatu yang enteng atau pantas dikemas sebagai semacam “spiritualitas instan”. Sepertinya yang diharapkan adalah “Quantum Omzet”. Upaya tersebut, lebih tepat sebagai usaha memperlancar urusan bisnis.

Tentu saja masalahnya di sini adalah Haq dan Baatil dicampuradukkan. Judul-judul di atas bukan karya dari kalangan mereka yang dianggap liberal, tetapi buku-buku yang dikemas sedemikian rupa untuk pangsa pasar tertentu, yaitu para Muslim “mainstream” dari kelas tengah.

Wajah Bible

Sudah terjadi sebagai peristiwa dunia, seperti non-Muslim yang membuat kartun dan film pendek yang menghujat Islam, yang dilawan begitu keras oleh komunitas Muslim. Juga terjadi reaksi keras terhadap sekte-sekte yang menyimpang dari ajaran Islam di Indonesia. Namun ada penghujatan yang terjadi secara intern di komunitas Muslim yang tidak dikritik, malah berkembang dalam berbagai bentuk. Yang dimaksud adalah ayat-ayat Al-Qur’an atau kalamatullah yang digabung dengan gambar-gambar kartun dalam bentuk komik.

Hal ini tidak dilakukan sambil lalu, tetapi dengan judul khusus, seperti “Juz ‘Amma Bergambar untuk Anak”, “Juz Amma Lengkap Bergambar”, dan beberapa versi lainnya. Sesuai judul, ayat-ayat suci dihiasi dengan gambar-gambar, yang dipaksakan untuk “menerangkan” arti dari ayat. Terkadang ini dilakukan dengan menampilkan berbagai penggambaran tentang dosa dan maksiat. Sebagian besar gambar ini tidak ada hubungan dengan ayat dan merupakan hiasan belaka.

Barangkali masih perlu diingatkan bahwa membuat gambar makhluk hidup merupakan dosa dalam Islam. Meski begitu, betapa beraninya kalau gambar yang dibuat dicetak secara lux bersama ayat-ayat Al-Qur’an, dengan tujuan meraih sedikit keuntungan di dunia yang fana ini! Kira-kira apa lagi yang dapat dikatakan untuk mengingatkan orang-orang yang masih memiliki keimanan kepada Allah SWT di dalam hatinya?

Sedemikian kasarnya penggambaran ini, sampai-sampai ada deretan gambar yang menampilkan progresi usia dari muda sampai tua. Ini diawali dengan gambar sperma [!], yang timpang dengan gambar bayi, gambar anak, dan seterusnya, di halaman ayat-ayat dari Surat At-Tariq. Jenis buku seperti ini sudah mengikuti jejak umat Kristiani, yang sudah lama mencetak versi Bible yang bergambar untuk anak-anak.

Kalau masih belum “puas”, ada seri buku lux yang berjudul “Quranku Sahabatku”. Sampulnya dihiasi dengan adegan-adegan anak-anak yang bermain, dan sama sekali tidak menampilkan ajaran atau budaya yang diambil dari Islam maupun Al-Qur’an.

Yang terahkir adalah judul yang membuat jiwa dan raga seorang Muslim menggetar, yaitu “Komik-Qu Adalah Komik Al-Quran!” Di sampulnya ada banyak gambar yang membingungkan, seperti orang yang duduk dan menonton televisi, anak yang melompati tali, murid yang duduk dengan wajah bosan, anak yang menatap Al-Qur’an sembari menggaruk kepala seperti orang bingung, dan kartun Muslimah yang berdiri di balik gunung seolah akan terbang ke langit.

Konsumerisme “Islami”

Sayangnya berkembangan pasar buku-buku Islam terlihat lebih didorong oleh keinginan untuk mencetak laba dan untuk menaikkan citra penulis ke tingkat selebritis. Menurut Patrick Haenni dan Husam Tammam, dalam artikel mereka berjudul “Islam yang Ber-AC di Mesir” (Le Monde Diplomatique, Sept. 2003), “Nilai dari tren ini jauh dari revolusioner. Alih-alih ia merupakan nilai fana dan ketidakpuasan yang penuh keputusasaan: yaitu hedonisme, kenyamanan individu dan konsumsi."

Mereka menjelaskan yang terjadi di Mesir. Di mana hijab tak lagi menunjukkan obsesi dengan identitas sebagai Muslimah, tetapi merupakan ekspresi kenyataan dari globalisasi, reformasi pasar dan konsumerisme. Ia malah sudah diambil alih oleh industri busana. Ini sudah tampak jelas dalam sebagian dagangan yang dikemas untuk pasar konsumen Islam di Indonesia. Ada perjalanan haji bersama para selebritis.

Kita sudah banyak yang tidak lagi mampu membedakan kehidupan yang nyata dari simulasi, animasi, dan semua yang virtual. Kita sering tak sadar bahwa sudah menjadi pengikut “Mazhab Walt Disney”.

* Penulis terlahir sebagai orang Amerika. Kini menjadi muslim dan menjadi warga Indonesia.

Sumber:

* Hidayatullah

Jumat, Februari 06, 2009

Quotes - February 2009

"Success is achieved by those who try and keep trying with a positive mental attitude." - W. Clement Stone

"I couldn't wait for success, so I went ahead without it." - Jonathan Winters

"What we hope to do with ease, we must learn first to do with diligence." - Samuel Johnson

Selasa, Januari 13, 2009

Serigala mana yang kuberi makan?

Akan saya kutipkan sebuah kisah luar biasa dari suku Navajo. Seorang lelaki tua dari suku tersebut mengaku kepada cucunya bahwa di dalam dirinya sesekali berkecamuk pertarungan yang sangat dahsyat. Dia merasa di dalam dirinya ada 2 (dua) serigala yang berkelahi.
  • Pertama adalah serigala yang sangat buas. Itulah serigala yang menjelmakan amarah, iri dengki, kesedihan, penyesalan, ketamakan, kesombongan, perasaan sengsara, rasa berdosa, kemarahan, rendah diri, kecongkakan, tidak punya nyali untuk memperbaiki diri dan pikiran, takut berjuang mengejar kesuksesan, takut membuktikan kebenaran, takut belajar dari kisah perjalanan hidup orang lain dan belajar dari cermin batin serta mata hati orang-orang tersebut, dan banyak memakai alasan yang penuh kebohongan.
  • Serigala yang kedua sangat baik. Dialah penjelmaan rasa bahagia, kedamaian, cinta kasih, harapan, keteduhan jiwa, kerendahan hati, kebajikan, empati, kepedulian terhadap orang-orang yang telah menolong kita, kerelaan untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain, dan kesadaran bahwa takdir kita ada dalam genggaman kita sendiri.
Cucunya memikirkan perkataan lelaki itu kemudian bertanya, "Lantas bagaimana kakek, serigala mana yang menang?". Kakeknya menjawab, "Serigala yang kuberi makan!".